Melihat Langsung ”Pabrik” Kurma di Pinggiran Madinah

Melihat Langsung ”Pabrik” Kurma di Pinggiran Madinah

\"\" Yang Ditanam 60 Jenis, Yang Favorit Cuma 5 Dari Al Barokah, salah satu perkebunan besar di dekat Masjid Quba, mengalirlah kurma dan beragam olahannya ke Madinah yang berjuluk Kota Kurma. Musim haji ini sedang panen besar di sana. ENDRAYANI DEWI, Madinah KE Madinah memang tak lengkap jika tidak berbelanja kurma. Sebab, kota berpenduduk sekitar 600 ribu jiwa tersebut selama ini memang dijuluki Kota Kurma. Namun, jika sekadar berbelanja, rasanya juga tak sempurna. Perlu menengok langsung ”pabrik” kurma yang jumlahnya puluhan di sekitar Madinah. Salah satu yang terbesar adalah perkebunan kurma Al Barokah milik Abdul Rahman Al Harby. Pada musim haji seperti sekarang, kebun seluas 25 hektare tersebut selalu padat oleh calon haji. Lokasinya sebelah timur Masjid Quba, masjid tertua di dunia yang bisa ditempuh sekitar 20 menit dari pusat Kota Madinah. Menurut sang pemilik, kebun dengan 1.600 pohon kurma itu dikelola secara turun-temurun. Bahkan, kebun tersebut diyakini sudah ada sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah dari Makkah pada 622 Masehi. Benteng tembok membentang di jalan utama sebelah timur Masjid Quba, menjadi pembatas perkebunan kurma yang bernama Al Barokah tersebut. Untuk masuk ke area perkebunan, pengunjung harus menyusuri jalan kecil beraspal di antara rumah-rumah penduduk kurang lebih lima menit dari Masjid Quba. Di tempat tersebut, tersedia balai-balai berbahan besi lengkap dengan kursi-kursinya. Pengunjung bisa bersantai di bawah bungalo sederhana dengan atap daun kurma serta kursi besi yang dibuat melingkar. Disediakan juga tempat untuk bersantai, sebuah saung yang berukuran 8x4 meter dengan kursi-kursi empuk untuk memanjakan siapa saja yang datang. Tak lama, minuman sirup kurma hangat pun disuguhkan oleh pemilik kebun. Terhampar di hadapan mata pepohonan kurma dari jenis yang terkenal seperti ajwah, sekki, dan sukkary. Konon, ada lebih dari 90 jenis kurma di dunia. Tapi, hanya 60 jenis di antaranya yang ditanam di Al Barokah. Di antara 60 jenis kurma tersebut, cuma 5 yang jadi favorit pembeli, yaitu ajwah, amber, deglet noor, mozafati, dan sukkary. Memang bagi orang awam, seolah semuanya sama. Padahal tidak. ”Lihat saja daunnya untuk membedakan, pasti terlihat kurma dari jenis apa,” kata pengelola kebun kurma Al Barokah Husam bin Hamdan Al Harby. Beberapa pohon kurma yang tak jauh dari tempat berteduh pengunjung sedang berbuah. Buahnya masih muda dan berwarna merah. Satu pohon bisa menghasilkan 150 sampai 200 kilogram kurma, bergantung jenisnya. Khusus kurma ajwah, rata-rata satu pohon bisa menghasilkan 150 kilogram per tahun. Tapi, menurut Ahmad Fauzan, pengurus kebun dari Indonesia, dari setiap pohon, bisa dipanen 800 kg kurma jika musim sedang baik. ”Ramadan lalu kurma malah tidak berbuah, tapi bulan haji ini kurma sedang banyak-banyaknya,” jelas Fauzan, yang sudah tujuh tahun bekerja di kebun tersebut. Kurma biasanya berbuah sekali dalam setahun. Dibutuhkan waktu enam bulan mulai pohon kurma berbunga sampai bisa dipanen. Bila mulai menua, biasanya buah kurma yang masih berada di pohon ditutup dengan jaring. Itu dilakukan agar tidak banyak kurma yang jatuh serta dimakan burung. Meskipun hanya panen satu kali dalam setahun, kurma bisa awet disimpan asal tidak terkena sinar matahari. Kalau tidak, kurma menjadi keras. Jadi, kurma cukup dijemur sekali setelah panen, setelah itu dikemas. Kebetulan, ketika berkunjung ke Al Barokah, Jawa Pos menyaksikan penjemuran sampai pengemasan buah itu. Kurma jenis ajwah yang selesai dijemur dimasukkan ke kardus dengan takaran 20 kilogram. Menurut Husam, tidak sulit sebetulnya memelihara pohon kurma. Cukup memberikan pupuk dan air agar pohon bisa tumbuh dengan baik. ”Kemungkinan pohon kurma terserang penyakit juga kecil,” ungkap dia. Bukan hanya perawatan, penanaman kurma sebenarnya juga terbilang mudah. Tunas diambil dari sekitar pohon kurma yang sudah tua. Kalau ditanam dari biji, sangat sulit untuk tumbuh. Kalaupun pohon kurma tumbuh, usia berbuahnya sangat lama. Bila ditanam dari tunas dengan tinggi sekitar 1 meter, hanya dibutuhkan empat sampai lima tahun untuk berbuah. ”Biasanya, pohon kurma bisa berumur sampai 75 tahun,” terang dia. Setelah puas di kebun, menilik ke dalam toko yang berada di kompleks perkebunan tersebut juga bisa menjadi hiburan tersendiri. Lima jenis kurma favorit dijajakan di tempat itu, yakni ajwah, amber, deglet noor, mozafati, dan sukkary. Semua disusun rapi di setiap tumpukan. Yang asyik, sebelum memutuskan untuk membeli yang mana ataupun tidak membeli, pengunjung bisa mencicipi semua jenis kurma itu. Kurma ajwah masih menjadi primadona. Sebab, kurma yang biasa dikenal sebagai kurma nabi itu disebut dalam sebuah hadis yang berbunyi, ”Barang siapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah pada pagi hari, maka pada hari itu dia tidak akan terkena racun maupun sihir.” Bukan hanya kurma, makanan olahan dari kurma pun tersedia. Antara lain, dodol, kurma isi, serta kurma yang berbalut cokelat. Makanan khas Madinah serta oleh-oleh khas setempat seperti minyak zaitun pun ada. Yang kebetulan tidak membawa riyal tak perlu khawatir. Sebab, toko tersebut menerima pembayaran dengan rupiah, dolar Amerika, dan ringgit Malaysia. Itu memperlihatkan banyaknya jamaah asal Indonesia dan Malaysia yang berbelanja di tempat tersebut, terutama pada musim haji. Dari tempat itu pun, pembeli bisa langsung memaketkan belanjaan ke negara masing-masing. Hanya, meski beli langsung dari ”pabriknya”, harga per kilogramnya sama saja dengan kurma yang dijual di toko dekat Masjid Nabawi. (*/c11/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: